Senin, 16 Mei 2011

Pemanfaatan SDA Papua

Hutan Papua dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, menyimpan bebagai tumbuhan yang endemik maupun non-endemik. Salah satu jenis pohon yang sering dimanfaatkan adalah jenis pohon beringin (Ficus sp) yang oleh masyarakat Sentani disebut Kombou. Pohon Kombou termasuk dalam famili Moraceae genus Ficus, dan berdasarkan pemanfaatannya oleh masyarakat Sentani dibedakan kedalam lima jenis, yakni : jenis ai wello, kombow velle, pu kombow, kombi kleu dan nabou. Dari pemanfaatan yang awalnya sebagai kelengkapan adat, namun karena memiliki nilai estetik yang cukup tinggi kombou memiliki nilai komersil yang baik sehingga telah menjadi suatu karya seni yang baik untuk dijadikan cinderamata.Se-iring dengan tingkat kebutuhan seni dan budaya dan juga peminat kombou yang semakin meningkat, para pengrajin kombou di desa Asei besar mulai meningkatkan produksinya. Hal ini tidak sebanding dengan daya dukung alam sebab semakin banyak produksi yang dihasilkan, itu berdanpak langsung terhadap ketersediaan pohon kombou sendiri dihutan. Apabila melihat dari cara peng-ambilan kulit kayu dari pohonnya yakni dengan cara mengelupas kulit pohon, maka untuk kebutuhan satu lembar kulit kayu, akan memotong satu cabang dari pohon kombou ataupun menebang satu pohon kombou di hutan. Kalau kerajinan kombou memiliki nilai ekonomis yang besar bagi pengrajin dan juga nilai estetik budaya yang tinggi, hal itu tidak menutup kemungkinan ditahun-tahun mendatang tingkat permintaan akan kombou akan semakin meningkat.Oleh sebab itu sudah seharusnya diantisipasi dengan melakukan penanaman kembali pohon kombow dari sekarang. Karena pohon kombou termasuk dalam jenis pohon yang tidak sulit dalam pertumbuhan dan tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus maka dapat juga dipakai sebagai jenis pohon untuk kebutuhan reboisasi.
Pemanfaatan kombou oleh masyarakat sentani
Pemanfaatan kulit kayu kombou sebagai bahan dasar dalam pembuatan pakaian tradisional sudah tidak asing bagi orang Papua terlebih khusus orang Sentani, di pulau Asei banyak pengrajin yang masih membuat lukisan diatas kombou dan lembaran-lembaran kombou yang sudah dilukis merupakan bahan dasar pembuatan pakaian tradisional (rok dan cidako/ celana untuk kaum pria). Kini setelah sudah ada kain dari bahan dasar benang, maka rok dan cidako dari bahan dasar kombou hanya digunakan pada pentasan-pentasan budaya saja, sehingga permintaan untuk pembuatan pakaian sudah mulai berkurang tetapi lebih banyak lukisan pada lembaran kombou itu di jadikan pajangan dinding. Nilai komersil untuk lembaran lukisan diatas kombou masih cukup tinggi, yakni berkisar antara Rp 50.000 – Rp. 300.000 tergantung dari ukuran dan bentuk motifnya. Dalam melukis diatas kombou, selain melukis motif adat suku sentani adapula diceritakan tentang dongen ataupun kisah kejadian sesuatu pulau ataupun kehidupan suatu suku di Sentani. Pada zaman nenek moyang dulu (beberapa generasi yang lalu), lukisan diatas kulit kayu biasanya diberikan kepada orang yang dituakan dalam adat seperti Ondofolo ataupun kepala suku. Dan juga motif yang digambar tidak sembarang motif, sebab setiap motif selalu menceritakan atau melukiskan kebesaran dari pemilik motif tersebut. Sehingga berbeda antara motif seorang ondofolo dengan ondofolo lain ataupun dengan seorang kepala suku.


Potensi bahan baku
Jenis pohon kombou termasuk dalam jenis pohon beringin dan dapat bertumbuh di berbagai kondisi tanah tetapi lebih banyak didaearah yang berair/basa seperti dipinggiran aliran sungai. Ukuran diameter batang dari pohon kombou ideal yang biasa diambil kulitnya adalah diatas 17 cm. Ukuran diameter sendiri tidak berpengaruh terhadap kualitas kombou, tetapi biasanya berpengaruh terhadap ukuran/ lebar dari kombou nantinya. Terkadatang karena ketersediaan bahan baku belum ada tetapi permintaan masih tinggi, para pengrajin sering memakai kulit kayu pohon sukun/ gomo hutan ataupun jenis beringin lain tetapi kualitas kulit kayunya rendah karena memiliki serat yang lebih kasar bila dibandingkan dengan kombou.

Tehnik Pengambilan Kulit Kayu
Teknik pengambilan kulit kayu (kombou) dari pohon kombou adalah dengan di tebang langsung pohon kombou kemudian dipilih bagian yang bebas cabang dan dikuliti (dilepas kulitnya). Pada saat dikuliti, usahakan tidak mengalami sobek atau-pun terluka. Apabila sobek itu akan merusak serat kayunya dan hasilnya sudah pasti kurang baik. Hingga saat ini, ketersediaan pohon kombou di-alam semakin berkurang (khususnya hutan di Sentani). Diameter kayu dengan ukuran ideal semakin sulit didapati, sehingga untuk dapat memproduksi lukisan kombou, para pengarajin sering mencari di hutan-hutan di Nimboran, bakan ada yang sampai memesan itu dari pemilik hutan di Keerom. Hal ini sangat erat kaitannya dengan tehnik pengambilan kulit kayu di hutan yang dengan cara ditebang langsung, sedangkan jenis pohon beringin (termasuk pohon kombou) adalah enis yang tidak tumbuh secara rumpun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BACA JUGA

Lestarikan Papua Untuk Dunia

Foto saya
Jayapura, Papua, Indonesia
Alam adalah karunia TUHAN untuk kita, oleh sebab itu meng-HARGAI alam berarti kita mengucap syukur atas karunia yang ada.